Jumat, 13 April 2012

REASON FOR LOVE: CAN YOU TELL ME?


Pernahkah kalian mendapat pertanyaan dari pasangan kalian “mengapa kamu mencintaiku, menyayangiku?” Jawaban apa yang kalian berikan?

Karena Dirimu begitu cantik/tampan.
Jika kecantikan ataupun ketampanannya yang menjadi alasanmu, bagaimana jika waktu telah merengut kecantikkan ataupun ketampanan itu? Bagaimana kalau dia sudah menjadi tua, ketika keriput melenyapkan kecantikan masa muda yang sebelumnya dia miliki? ataupun hal lain yang membuat dia kehilangan hal tersebut? Masihkah kalian mencintai dia? Jika kalian menjawab “ya” maka kecantikkan ataupun ketampanan bukan alasannya. Jadi apa alasan yang sebenarnya?

Karena dirimu sangat pintar.
Jika Kepintarannya yang menjadi alasanmu, bagaimana jika ada pemikiran-pemikiran bodoh yang bermunculan dalam benaknya? Mungkin saat menghadapi masalah yang menurutnya cukup berat, sehingga membuatnya berpikir untuk mengakhiri hidupnya, atau menjerumuskannya kedalam kecanduan alcohol, obat terlarang dan beribu-ribu pemikiran dan tindakan bodoh lainnya, masihkah kalian mencintainya? Jika kalian menjawab “ya” maka kepintarannya bukan alasannya. Jadi apa alasan yang sebenarnya?
Karena kamu sungguh baik hati.
Jika kebaikan hatinya yang menjadi alasanmu, bagaimana jika suatu saat dia menyakitimu, mungkin ada perkataan, ataupun tindakkannya yang membuatmu terluka. Atau mungkin, secara tidak sengaja dia memukulmu, masihkah kalian mencintai dia? Jika kalian menjawab “ya”, maka kebaikan hatinya bukan alasannya. Jadi apa alasan sebenarnya?

Karena kamu begitu perhatian, begitu care terhadap diriku.
Jika perhatiannya yang menjadi alasanmu, bagaimana jika suatu saat dia sibuk dengan dunianya sendiri, sibuk dengan pekerjaannya sehingga dia tidak memiliki waktu untuk anda, sekedar buat mengirimkan SMS ucapan selamat pagipun dia tidak sempat, masihkah kalian mencintai dia? Jika kalian menjawab “ya”, maka perhatiannya bukan alasannya. Jadi, apa alasan sebenarnya?

Karena kamu mampu membelikan apapun yang kuinginkan.
Bagaimana jika suatu saat dia menemuimu dan mengatakan, “sayang, aku bangkrut. Kita tidak punya apa-apa lagi.” Seperti roda yang selalu berputar, kadang kita berada pada masa-masa dimana kita memiliki segala sesuatu tapi ada saatnya masa yang begitu berat dan menekan yang datang dalam kehidupan kita. Pada masa-masa yang berat tersebut, masihkah kalian mencintai dia? Jika kalian menjawab “ya”, maka kekayaan yang dimilikinya bukan alasannya. Jadi, apa alasan yang sebenarnya?

Karena kamu selalu ada buatku.
Bagaimana jika suatu saat dia bertugas diluar kota. Atau seandainya dia adalah seorang polisi ataupun tentara yang harus siap setiap saat dimana ketika dia menerima panggilan tugas, maka mau tidak mau anda harus melepaskan dirinya pergi. Dan ketika anda berada pada masa dimana anda membutuhkan kehadiranynya, tetapi dirinya sedang dia berada ditempat tugas, bukankah ekstensinya tidak bersama anda? Walaupun kalian menangis, memohon kepada dirinya untuk kembali, dia tidak akan bias meninggalkan tugas dan tanggung jawabnya. Pada saat dia berada jauh di tempat lain, apakah kalian masih mencintainya? jika kalian menjawab “ya”, maka bukan keberadaan ataupun ekstensinya di sisi anda bukan alasannya. Jadi, apa alasan yang sebenarnya?

Karena dirimu mampu membuatku tersenyum.
Tidak bisa dipungkiri, dalam menjalin sebuah hubungan pertengkaran tidak dapat dihindari. Emosi yang meluap-luap, terikan-terikan keras yang bercampur dengan kata-kata kasar. Belum lagi tangisan yang tumpah dalam kondisi itu. Yang pasti anda tersakiti, yang pasti air mata anda jatuh, yang pasti anda menangis, marah, kesal, dan tanpa senyuman. Dalam keadaan seperti itu, masihkah anda mencintainya? Jika kalian menjawab “ya” maka kemampuannya untuk membuat anda tersenyum bukan alasannya. Jadi apa alasan yang sebenarnya?

Ketika pertanyaan tersebut diajukan, maka segudang hal-hal baik yang kalian temukan dalam diri pasangan anda itulah yang selalu anda sampaikan kepada pasangan anda. Kenapa hal baik saja yang kalian sampaikan? Kemana sifat, sikap dan kepribadiannya yang buruk? Apakah karena manusia, dengan segala egonya, hanya mau mendengar hal-hal yang manis saja? Mencintai seutuhnya berarti segala kelebihan maupun kekurangannya akan kita hadapi. Kebaikan itu hanya sebagian kecil dari alasan kita mencintai seseorang. Bukankah sikap yang manis, sikap yang baik selalu disukai oleh setiap orang? Tetapi sikap dan situasi yang tidak nyaman selalu mengganggu setiap orang? Pada masa-masa seperti itu, masihkah anda mampu berdiri tegar dan tetap berkata, “aku mencintaimu.”? Itulah cinta sesungguhnya, dalam situasi apapun, dalam kondisi apapun anda tetap berdiri dan berkata, “aku mencintaimu”
Tapi, hal itu belum cukup untuk menyebutnya sebagai cinta sejati. Seperti halnya Hawa diciptakan dari rusuk Adam untuk menjadi pelengkapnya, maka cinta itupun harus saling melengkapi. Kadang kita tertipu dengan cinta semu, yang hanya mengumbar kemanisan palsu belaka. Maksud saya, ketika anda mencintai seseorang dan sudah bersikap seperti yang diatas, yaitu mampu bertahan dalam segala kondisi tetapi pasangan anda masih terus menyakiti anda, lebih sering membuat anda tersakiti, masihkah anda akan bertahan? Seberapa besarnya cinta anda, ada kondisi dimana anda harus mencoba cara lain ataupun malah benar-benar menyerah. Jangan memaksakan sebuah hubungan dimana tidak ada keseimbangan, tidak ada keselarasan, bahkan tidak ada keharmonisan. Karena Cinta yang seharusnya adalah cinta yang saling mengimbangi, give and receive. Tidak ada manusia yang sempurna tetapi bukankah kesempurnaan itu bisa kita capai jika kita bersama? Setidaknya mendekati kesempurnaan. Bukankah berdua itu lebih baik daripada seorang diri? Tidak perlu menjadi orang lain untuk membuat seseorang menyukai kita, jadilah diri sendiri.

You know, you know you know I’d never ask you to change..
If perfect’s what you’re searching for, then just stay the same,
So don’t even bother asking if you look okay, you know I say…
When I see your face, There’s not a thing that I would change
Cause you’re amazing, Just the way you are.
 (Bruno Mars-Just The Way You Are[song])

Melengkapi seperti apa yang harusnya ada dalam hubungan? Contoh kecil, ketika salah satu sifat pasangan kita mudah marah, apakah kita punya kesabaran untuk menghadapinya? Jika keduanya sama-sama keras, maka pertengkaran yang harusnya selesai tetapi malah jadi berkepanjangan. Yang lainya? Biarlah kalian sendiri yang mencarinya seiring dengan perjalanan sang waktu..

~I Love you not only who and what you are, but who and what I am when I am with you~

Sabtu, 24 Maret 2012

PACARAN : ITS JUST A CHANGE OF MINDSET


Cinta merupakan sebuah fenomena yang ngga pernah lepas dari setiap sendi kehidupan manusia. Apapun itu, cerpen, novel, Film, sinetron dan lain sebagainya semua selalu memunculkan apa yang kita sebut bersama, cinta. Tapi, jika kita membicarakan cinta itu terlalu luas dan tidak semudah apa yang kita pikirkan. Untuk mempersempit itu, kita akan melihat cinta yang fenomenal di kalangan anak muda, antara seorang pria dan wanita. Cinta yang tumbuh ini memunculkan apa yang kita sebut dengan “pacaran”.

Pacaran, sebuah status yang sepertinya sangat dibutuhkan oleh anak muda zaman sekarang. Seakan-akan hidup itu kurang bermakna tanpa status tersebut. Saya sendiri pun tidak mengetahui, istilah pacaran itu datang dari mana dan arahnya kemana tetapi istilah itu sekarang sangat popular.

Sepanjang pengamatan saya, ada satu hal yang menjadi pertanyaan saya. Mengapa seorang sahabat bisa dengan mudah berubah status menjadi pacar tetapi sebaliknya, kenapa seorang pacar susah untuk dijadikan sahabat ketika hubungan tersebut berakhir? Apalagi ketika hubungan tersebut berakhir dengan kebencian, malah bisa menjadi musuh. Kenapa, saat masih menjadi sahabat, ketika dia menceritakan kedekatannya dengan lawan jenis, kita dengan enteng membombandir sahabat kita dengan berjuta pertanyaan, Siapa? Koq ngga dikenalin sich? Anak mana? Kapan lo jadian? Dan pertanyaan-pertanyaan lainnya. Bagaimana kalau statusnya naik ke level pacar? Seandainya dia menceritakan lawan jenis maka kita juga dengan enteng membombandir dirinya dengan marah, ngambek, kesal, didiamkan dan sebagainya. Koq pacaran itu kelihatan susah ya? Bersahabat dengan lawan jenispun susah. Bagaimana tidak, ketika kita dekat dengan lawan jenis, baik pria dan wanita, orang-orang akan memandang bahwa keduanya berpacaran dan terpengaruh dengan pandangan orang lain, maka keduanya sepakat untuk menaikan level, yang semula “sahabat” menjadi “pacar”.

Banyak yang mengatakan bahwa pacaran tersebut merupakan tahap pengenalan sebelum memasuki jenjang yang lebih tinggi lagi, yaitu yang kita sebut dengan pernikahan. Lalu muncul sebuah pemikiran dalam kepalaku, untuk masuk ke jenjang yang kita sebut pernikahan itu adalah bertunangan terlebih dahulu bukan? Kenapa harus melalui pacaran? Mungkin banyak yang akan menjawab, sebelum bertunangan, kita harus pacaran terlebih dahulu untuk mengenal satu sama lain. Lalu muncul pertanyaan lain, kenapa harus berpacaran? Bukankah persahabatan termasuk tahap pengenalan? Saat kita bertemu seseorang, kita pasti menanyakan nama terlebih dahulu kemudian alamat, dan lain sebagainya. Untuk hal tersebut, berarti kita telah memasuki proses pengenalan itu sendiri. Selanjutnya, ketika kita mulai menjadikan orang itu sahabat, kita mulai mempelajari karakter orang tersebut, kebiasaannya, hobby, makanan favoritenya, minuman favoritenya, bagaimana ketika dia senang, bagaimana ketika dia marah, bagaimana ketika dia sedih, kita mulai berbagi satu sama lain. Bukankah ini bisa disebut proses pengenalan juga? Berarti bohong jika kita katakan pacaran merupakan proses pengenalan karena kita pacaran dengan seseorang karena kita sudah mengenalnya, pacaran yang paling cepat pun setidaknya kita sudah tahu nama dan alamatnya. Tidak mungkin ada orang yang berpacaran tanpa mengenal siapa nama pacarnya! Menjadi sahabatpun adalah proses pengenalan.

Lalu, apa yang membedakan persahabatan dan pacaran? Apa yang menyebabkan status pacaran itu memiliki “level” yang lebih tinggi dari persahabatan? Yang membuat “pacaran” memiliki level yang lebih tinggi dari “persahabatan” itu hanyalah perubahan mindset atau pola pikir kita saja! Percaya atau tidak, kalian bisa amati disekitar kalian sendiri, ketika statusnya masih “sahabat” mindset kalian menyebutkan dia adalah milik bersama. Jadi, ketika dia mendapat kenalan baru, terutama lawan jenis kalian tidak akan complain, dia mau jalan dengan siapapun kalian tidak akan protes, ketika dia sibuk dengan dirinya sendiri kalian tidak akan marah, ketika dia berhenti menghubungi dirimu, kamu ngga kenapa-kenapa. Bagaimana ketika statusnya dinaikan ke level “pacar”? Hati-hati saja, seharian ngga dihubungi, kita ngomel-ngomel. Dia jalan sama orang lain, kita cemburu dan ngamuk-ngamuk. Dia jalan bareng sahabatnya pada malam minggu, kita marah-marah dan bilang dia lebih peduliin sahabatnya dibandingkan kita, pacarnya. Dia yang tidak berada dengan kita, kita menjadi curiga, khawatir dia pacaran dengan orang lain atau istilah kerennya, selingkuh. Apapun yang dilakukan pacar kita semuanya harus dalam sepengetahuan kita. Ketika kalian pacaran, mindset kalian berubah. She or He is mine! Dia milikku! Seharusnya, konsep pemikirian seperti itu dimunculkan paling cepat saat kita sudah bertunangan dan memutuskan untuk segera menikah. Ingatlah, dengan pacaran kalian belum terikat satu sama lain. Masing-masing masih memiliki dunia sendiri yang harus dijalani. Berbeda saat kita sudah menikah, kita dan pasangan kita sudah menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Jadi, sebenarnya apa yang mendasari kita memutuskan untuk pacaran? Yang pasti, pacaran bukanlah tahap pengenalan karena dengan menjadi sahabatpun kita sudah belajar mengenal orang tersebut. Bahkan kamus besar bahasa indonesiapun hanya menjabarkan bahwa, “pacar adalah teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih” melihat deskripsi itu berarti pacaran juga hanyalah sebuah persahabatan. Jika dikatakan berdasarkan cinta kasih, maka itu lebih menjurus ke cinta eros. Sekali lagi, yang membuat pacaran menjadi lebih special dari hubungan persahabatan adalah perubahan mindset kita dan juga kita tidak mungkin bermesraan dengan semua gadis kan? Pacar adalah sahabat yang sangat special.

“Your mindset that make the relationship is very special”