Jumat, 27 Agustus 2010

MISTAKEN? SAY I’M SO SORRY WITH SINCERELY


Kesalahan. Ya, siapa saja pasti pernah melakukan kesalahan entah itu disengaja ataupun terjadi tanpa disadari. Seandainya ada yang berkata, “Aku tidak pernah melakukan kesalahan kok”, maka orang yang seperti ini bisa kita anggap bukan manusia, tetapi batu, mungkin. Atau ada yang punya tanggapan lain?

Kembali kemasalah kesalahan tadi, saya ingin bertanya, seberapa sering anda melakukan kesalahan? Tidak perlu berpikir keras untuk mendata kesalahan yang anda perbuat karena saya yakin pasti sangat banyak, ribuan mungkin. Dan apakah anda pernah duduk diam sejenak untuk merenungkan kesalahan-kesalahan anda? Hei… hei…. Maksudku bukan sekarang, merenungnya kapan-kapan saja. Sekarang, Keep read, OK!

Saat anda melakukan kesalahan, maka timbul pikiran dalam benak anda kenapa saya melakukan seperti itu? Seandainya saja saya melakukan ini, hasilnya mungkin tidak seperti itu. Nah, akhirnya anda menyesal. Orang bilang, “penyesalan itu adanya di belakang” belakang mana? Yang pasti bukan belakang punggung anda. Ok, tulisan kali ini bukan akan membahas penyesalan karena seberapa dalam anda menyesal –walaupun sampai menangis 7 hari 7 malam– anda tidak dapat mengulangi pilihan-pilihan anda lagi.

Berdasarkan objeknya, kesalahan yang kita perbuat melingkupi dua tingkat, yaitu kesalahan pada diri sendiri dan kesalahan pada orang lain. Untuk kesalahan pada diri sendiri bisa ditolelir (tidak berlaku untuk penganut paham narsisme). Tapi bagaimana jika kita melakukan kesalahan pada orang lain? OK! Kita voting, siapa yang berpendapat kalau masalah ini sepele dan akan selesai dengan kata “I’m so sorry…” (diucapkan dengan tampang yang memelas tapi tanpa perasaan bersalah)? Atau siapa yang menganggap ini masalah luar biasa gawat sampai perlu dijadikan siaga 1? Silahkan pilih jawaban anda dengan cara ketik SalahA untuk jawaban pertama dan SalahB untuk jawaban kedua dan kirim ke dalam hati anda.

Kesalahan pada orang lain, C’mon guys… this is about another heart, jadi tidak bisa dianggap sepele. Apa yang menyebabkan persahabatan menjadi rusak? Apa yang menyebabkan cinta antara dua insan menjadi benci? Tidak lain dan tidak bukan adalah kesalahan itu sendiri. Salah menanggapi apa yang dimaksudkan, salah menanggapi perasaan orang lain, salah dalam berkata-kata, salah dalam bersikap, dan semuanya jadi serba salah kan? Dan sikap ego manusia yang tinggi menyebabkan kesalahan-kesalahan itu semakin berkuasa. Sikap manusia yang merasa diri paling benar dan tak mau disalahkan, sehingga ketika dia melakukan kesalahan tetapi enggan untuk meminta maaf bahkan malah mencari kambing hitam untuk kesalahan yang diperbuatnya sendiri.

Kita seringkali bertengkar dan saling menunggu, siapa yang akan terlebih dahulu meminta maaf. Masing-masing mempertahankan argumen, “dia yang salah jadi dia yang harus lebih dahulu minta maaf.” Karena saling tunggu ini, maka hubungan yang semula erat perlahan menjadi renggang. Ayolah, saatnya anda rendah hati dan ucapkan kata maaf itu. Jangan berkeras hati dengan mengikuti keegoisan hati anda. Karena anda akan merasa kehilangan orang-orang yang sangat berharga di hidup anda. Jangan biarkan kesalahan yang kita perbuat menjadi perusak hubungan kita dengan sesama.

Maaf, sebuah kata yang bahkan dengan mudah dapat diucapkan oleh anak kecil. Tapi yang sulit itu mengucapkannya dengan tulus. Ya, kita memang mahkluk paling egois, meminta maafpun harus dengan terpaksa. Dan tentu saja, orang tidak akan dengan mudah memaafkan. Kenapa? Egois, merasa harga diri paling tinggi! Itulah manusia.

Meminta maaf akan kesalahan harus dilakukan dengan tulus. Bukan sekedar berkata I’m so sorry… atau forgive me please…Tapi ucapkan itu saat anda benar-benar merasa bahwa apa yang anda lakukan itu salah, apa yang anda lakukan benar-benar menyakiti hati orang lain. Dan berjanjilah pada diri anda sendiri bahwa anda tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Saat anda mengakui kesalahan dan meminta maaf, anda bukan menjadi orang yang kalah, bukan menjadi pecundang, dan juga bukan menjadi orang yang harga dirinya telah jatuh. Ingat, anda adalah seorang yang luar biasa, seorang pemenang diatas pemenang lainnya. Bukan sekedar pemenang perang, pemenang perlombaan. Kenapa? Karena anda berhasil mengalahkan keegoisan anda, berhasil mengalahkan kesombongan anda. Musuh terbesar manusia adalah manusia itu sendiri dengan segala keegoisannya, segala kesombongannya, segala ketamakannya.

Apologize with sincerely heart and effort to never do the same mistake that make all is well.

FORGET A SPECIAL ONE? IMPOSSIBLE!


“Lupain aja aku, aku ngga pantas buat kamu.” Dari seluruh kalimat itu, yang paling aku benci adalah ‘lupakan aku’. Kata yang paling sering diucapin orang yang mutusin pacarnya. Hei, sadar ataupun tidak, otak kita tidak diciptakan untuk melupakan tetapi untuk mengingat. Otak kita seperti sebuah komputer dengan harddisk tak terhingga, bisa menampung apapun. Semua informasi yang diterima akan diinput kedalam otak kita dan akan dipilah-pilah mana yang perlu disimpan atau mana yang tidak perlu. Semua file kenangan yang ada akan tersimpan dalam folder-folder otak kita. Saat diperlukan, maka file-file tersebut akan ditampilkan dalam tempat utama. Jika tidak, maka akan dibiarkan tak tersentuh.


Dengan sistem secanggih ini, bagaimana mungkin kita bisa melupakan sesuatu? Bukan kah ingatan masa kecil kita pun sering muncul dalam kepala kita? Ini menunjukan, semua file penting dalam kehidupan kita telah tersimpan rapih dalam folder dan menunggu saatnya untuk muncul dalam kepala kita.


Bagaimana bisa anda meminta pada orang yang pernah mencintai anda untuk melupakan diri anda? Tidak seorang pun bisa melupakan seseorang yang pernah dia cintai, pernah mengisi kehidupannya, pernah mengukir berjuta cerita di hati dan benaknya. Semua kenangan itu tersimpan dalam folder pribadi yang bernama ‘cinta’ dan dalam subfolder ‘pasangan hidup’. Ya, folder dan subfolder ini tidak akan pernah hilang ataupun terhapus dan akan muncul terus-menerus. Dan walaupun anda tidak lagi menempati folder itu, anda akan tetap dikenang.


Coba anda pikirkan, saat anda bertemu mantan anda apakah anda melupakannya? Apakah anda tidak mengenalnya? Apakah anda tidak mengingat namanya? Apakah anda tidak mengingat hari ulang tahunnya? Apakah anda tidak mengingat kebiasaannya? Dan apakah anda tidak mengingat semua hal tentang dia? Tak perlu anda menunggu lebih lama, karena jawabannya pasti TIDAK! Apalagi jika orang tersebut pernah sangat berarti di hidup anda. Semua hal tentang mantan anda itu akan selalu teringat. Sekeras papun anda berniat melupakan sosok itu, tetap saja tidak akan bisa. Jadi percuma jika anda meminta atu mungkin anda diminta melupakan. Sia-sia. Sekali lagi, otak kita diciptakan untuk mengingat bukan melupakan.


Ingat, jika anda meminta untuk dilupakan maka itu salah apalagi jika anda meminta pada orang yang sangat mencintai anda. Itu sebuah permintaan yang tidak mungkin dilakukan, dan tidak bisa dipenuhi. Maaf saja, dari awal sudah kutuliskan, otak kita diciptakan untuk mengingat, bukan melupakan. Yang bisa anda minta adalah, “keluarkan kenangan kita dari folder ‘cinta’ dan subfolder ‘pasangan hidup’ itu.” Hanya itu yang bisa anda minta, karena tidak ada program ‘delete’ dalam kepala kita. Selanjutnya, tinggal anda lihat saja, apakah kenangan itu akan berakhir dalam folder ‘sahabat’ atau dalam folder ‘musuh.’


Are you ask me to forget everything about you?
No I can’t, I just can move all about you to ‘friendship’ or to ‘enemy’ but its too hard.

Rabu, 25 Agustus 2010

LESSONS FROM CHILDREN

Pernah kalian bertengkar dengan orang tua, teman atau mungkin dengan pacar? Kalian pernah mendengar disela-sela kemarahan itu kata-kata seperti “lo jangan bersikap kayak anak kecil donk!” atau “childish banget sich lo!” biasanya kita merespon marah jika dikatakan telah bersikap kayak anak kecil. Kita menganggap kita sudah dewasa dan menjadi anak kecil itu menjengkelkan. Saya sendiri pernah dikatakan telah bersikap childish karena marah akan sesuatu dan sebuah sebuah pikiran aneh melintas dalam benakku. Andai aku anak kecil, aku pasti dengan mudah memaafkan orang-orang.

Ya,kita yang secara perlahan beranjak menjadi dewasa mulai meninggalkan sifat anak kecil yang ada dalam diri kita. Kita tidak mau disebut anak kecil. Atas dasar apa? Apakah karena anak kecil yang hanya bisa bergantung kepada orang lain? Apakah karena anak kecil memiliki sikap manja yang berlebih? Ya, sikap seperti ini membuat orang dewasa kadang kesal kepada anak kecil. Apalagi jika anak kecil mengeluarkan senjata terakhirnya, tangisan. Kita mulai memarahi anak kecil jika mereka mengeluarkan senjata terakhir mereka. Saat itu kita akan bersyukur tidak menjadi anak kecil lagi. Ini akan tampak memalukan jika kita merengek-rengek. Tapi tidak tahukah kalian, kita orang dewasa belum tentu lebih baik dari anak kecil. Kadang, kita perlu belajar dari anak kecil.


Anak kecil, dengan kepolosan mereka bisa memberi pelajaran baru kepada kita, para manusia dewasa. Pernahkah kalian memperhatikan saat anak kecil bertengkar dengan teman mereka? Biasanya mereka akan berkata, “udah, aku ngga mau lagi berteman dengan kamu” tetapi selang beberapa jam dari pertengkaran itu mereka malah bermain bersama lagi. Apakah kita seperti itu? Kita bertengkar dengan sahabat kita, bertengkar dengan pacar kita dan kadang berakhir dengan kebencian. Saat seperti itu kita malah menjadi bermusuhan, saling berjauhan, saling menjatuhkan, saling menghina. Masing-masing berusaha membenarkan diri dan tidak mau meminta maaf terlebih dahulu. Dia yang salah, bukan aku, kenapa aku yang harus minta maaf? Itu yang sering kita pikirkan. Apakah menjadi dewasa berarti tidak mudah memaafkan, bahkan membenci orang? Pelajaran pertama dari anak kecil. Mudah memaafkan dengan tulus dan tak menyimpan dendam.


Pernahkah kalian melihat anak kecil berbagi sesuatu dengan sahabatnya? Suatu kali aku pernah melihat seorang anak yang menbagi kue yang dipunyainya kepada teman temannya. Pada saat berbagi, aku mendengar anak itu berkata, “Kamu dikit aja ya, soalnya kemarin kamu cuma kasih aku dikit” Ini bukan menunjukan kepelitan seorang anak kecil, tetapi ini menunjukan cara anak kecil memberikan balasan untuk apa yang diterimanya. Jika dia mendapat banyak, dia akan membalas banyak, jika mendapat sedikit, ia akan membalas sedikit. Ini bukan hanya masalah ‘kue’ tetapi ‘cara membalas’ sesuatu, tidak terbatas pada sesuatu yang berwujud benda, tetapi dalam hal yang lebih luas. Bagaimana dengan kita, orang dewasa? Tanpa disadari, kita kadang berbagi sesuatu bukan untuk membalas apa yang kita dapat, tetapi mengharapkan balasan atas apa yang kita berikan. Anak kecil tidak pernah berpikir seperti itu. Dan untuk membalas perbuatan orang lain pada kita? Jika perbuatan baik, kita membalas perbuatan baik itu tetapi dengan perhitungan. Tapi perbuatan jahat? Kita sering membalas berkali lipat. Atau orang berbuat baik pada kita tapi kita malah memanfaatkan kebaikan orang itu. Apakah menjadi dewasa itu berarti membalas dengan memperhitungkan keuntungan untuk diri kita, memanfaatkan kebaikan orang lain, membalas kejahatan dengan kejahatan, bahkan berkali lipat. Pelajaran kedua dari anak kecil, ‘membalas’ sesuai dengan yang diterima bukan sekedar mengharapkan ‘balasan’ dan memanfaatkan.


Pernahkah kalian memperhatikan kepolosan seorang anak kecil? Mereka sering kali berkata jujur tanpa memperhatikan sekitarnya. Jika mereka tidak suka mereka akan mengatakan tidak, begitupun sebaliknya. Walaupun kadang kejujuran mereka bisa membuat kita malu. Bagaimana dengan orang dewasa? Kadang kita berusaha menutupi beberapa fakta yang sebenarnya. Dengan alasan apa? Takut menyakiti hati orang lain dengan kebenaran? Atau hanya mencari selamat untuk diri kita karena jika kita mengatakan kebenaran itu, maka kita bisa dimusuhi? Ayolah, memang kita bukan lagi anak kecil yang bisa ceplas ceplos seenaknya tetapi bukan berarti kita tidak bisa mengatakan kebenaran bukan? Semakin dewasa kita mulai mengembangkan pikiran kita sebelum mengambil keputusan. Oleh karena itu, sebelum mengatakan kebenaran kita harus hati-hati memilih kata untuk menyampaikan kebenaran. Apakah menjadi dewasa berarti hidup dalam kebohongan dengan alasan menjaga perasaan atau menyelamatkan diri atau alasan lainnya. Pelajaran ketiga dari anak kecil, Kejujuran merupakan nilai yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja.


Apakah kalian pernah kesal pada anak kecil ketika mereka membombandir anda dengan berbagai pertanyaan? Ya, rasa ingin tahu anak kecil terlalu tinggi sehingga kadang kita kesulitan untuk menghadapinya. Apapun yang terlintas dalam benak mereka akan mereka tanyakan walaupun itu kadang terdengar sepele. Bagaimana dengan orang dewasa? Entah mengapa, jika diperhatikan rasa ingin tahu orang dewasa makin menurun. Fenomena apa ini? Apa karena sudah semakin dewasa maka kita merasa kita yang paling tahu? Sepertinya, makin tinggi jenjang pendidikan maka pengetahuannya makin spesifik. Tapi ini bukan berarti kita tidak membutuhkan rasa ingin tahu bukan? Ingat ‘Rancho’ salah satu karakter di film 3 Idiots? Begitu haus dengan pengetahuan. Selama ini kita belajar dengan menghafal bukan memahami. Ingat film 3 idiotas. Akibat fatal dari menghafal. Semakin dewasa kita maka keingintahuan kita harusnya lebih tinggi karena kita lebih memberdayakan pikiran kita. Apakah menjadi dewasa berarti menurunnya rasa ingintahu karena merasa sudah tahu? Pelajaran keempat dari anak kecil, rasa ingin tahu yang tak terbatas akan menjadi modal awal kita.


Perhatikan anak kecil. Betapa bahagianya mereka, tertawa, tersenyum dan bergembira bersama teman-temannya. Kadang menangis tapi selalu kembali tersenyum dan melupakan kesedihannya. Bagaimana dengan kita orang dewasa? Sepertinya, semakin dewasa, kita semakin melupakan cara bersenang-senang. Sering kali, saat melihat anak kecil terpikir oleh kita betapa bahagianya mereka tanpa harus memikirkan sesuatu. Ya kuliah ah, tugas lah, sekolah lah, kerjaan lah dan sebagainya. Ayolah, yang membuat kita terbeban dengan segala aktivitas kita adalah karena kita terlalu memikirkannya, terlalu mengkhawatirkan semua hal. Pekerjaan itu bukan untuk dipikirkan tapi pekerjaan membutuhkan pemikiran. Cobalah nikmati semuanya sebagai sesuatu yang menyenangkan, bukan sebagai beban. Cintai apapun yang anda lakukan maka itu bukan lagi menjadi beban bagi anda tetapi sesuatu hal yang menyenangkan. Dahulu seseorang sangat gemar menulis. Apapun ditulisnya, puisi, cerpen, novel dan apa saja. Sampai suatu hari hobbynya menjadi pekerjaan. Dia sangat menikmati pekerjaannya itu, tapi lambat laun dia mulai tertekan, deadline lah, kehabisan ide lah. Dia mulaih mengeluh, mulai terbeban dengan pekerjaannya. Ia menjadi mudah emosi, siapa saja yang dekat pasti jadi sasaran kemarahannya. Tahukah kalian mengapa orang tersebut menjadi stress dengan kerjaannya? Ia sudah melupakan bagaimana rasanya saat dia bersenang-senang dengan menulis. Dia melupakan perasaan awalnya ketika menulis pertama kali. Dia melupakan kegembiraannya saat masih menekuni menulis sebagai hobby. Ia telah melupakan bagaimana menikmati menulis. Apakah dewasa berarti melupakan cara bersenang-senang dan terlalu mengkhawatirkan segala hal? Pelajaran kelima dari anak kecil, enjoy your life!


Anak kecil belum mengenal apa itu cinta seperti kita orang dewasa. Tapi mereka telah menunjukan kasih sayangnya kepada orang-orang yang disyanginya. Orang tua, sahabat, saudara. Berbagai hal yang mereka tunjukan untuk mengekspresikan hal tersebut. Satu hal yang saya sadari, cinta mereka tulus dan murni. Bagaimana dengan orang dewasa? Kita mencintai orang lain dengan menggunakan standar tersendiri, harta, tampang atau lainnya. Kita kadang melupakan cinta murni dan tulus itu seperti apa. Menurut saya pribadi, anak kecil mencintai orang-orang yang dekat dengannya karena dia merasa nyaman berada didekat mereka, merasa terlindungi. Tidak bisakah kita mencintai orang lain seperti itu? Apakah menjadi dewasa berarti melupakan cinta tulus dan murni? Pelajaran keenam dari anak kecil, cinta yang tulus dan murni adalah mencintai apa adanya bukaran hanya karena siapa dan bagaimana dia, tetapi siapa dan bagaimana anda jika berada didekatnya.


Ya, belajarlah dari anak kecil. Kekurangan mereka, kelebihan mereka, ketulusan mereka akan membantu anda menjadi lebih dewasa. Ya, memang beberapa hal tentang mereka tidak perlu kita tiru tetapi banyak hal yang bisa membuat mereka lebih baik dari kita, orang dewasa bukan?


Become old is must, but become mature is own decision

Selasa, 17 Agustus 2010

A NOTE FOR SOMEONE

Pernahkah kalian mendapat pertanyaan “Mengapa kau mencintaiku?” atau sejenisnya dari orang yang anda cintai. Ya, pertanyaan yang sering ditanyakan dimana selalu diikuti dengan menyebutkan kekurangan diri sendiri. Pasti kita berusaha memberi alasan untuk meyakinkan pasangan kita tersebut. Tapi, pernahkah kalian mengalami seperti yang saya alami? Saya tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut.

Mengapa kau mencintaiku? Ya untuk gadis itu, aku tidak dapat menjawab pertanyaannya yang satu ini. Seperti apa aku harus mengungkapkan rasa cintaku itu? Aku tak tahu. Perasaanku padanya tidak terungkap dengan kata-kata, sangat meluap-luap. Ini mengingatkanku pada kalimat dalam video clip Letto untuk lagu permintaan hati. “seharusnya mereka bikin satu kata baru… yang benar-benar bisa ngejelasin apa yang aku rasain ini.. satu kata diatas kata ‘sayang,’ diatas kata ‘cinta’, satu kata yang artinya lebih dari semua kata yang ada. Karena kata ‘cinta’ ngga cukup mewakili apa yang aku rasain sekarang.” Tapi aku tahu, cinta itu hanya satu kata tapi dengan makna yang tak terbendung dan tak terjangkau sepenuhnya oleh kita.

Sampai saat ini, aku belum bisa merangkai kata untuk mengungkapkan kepada gadis itu betapa bahagianya aku saat bersamanya, melihatnya tertawa dan tersenyum. Betapa gundahnya saat melihatnya bersedih, dan rasa penasaranku saat mendapat jawaban ‘ngga tahu’ dari dia (walaupun biasanya dengan marah-marah. Hehehehe… maaf ya), kecemburuannya yang meledak-ledak, aku menikmati semua itu. Tapi, diatas semua itu ia mengajarkan aku untuk mengenal diriku lebih dalam lagi, melihat kekurangan-kekurangan yang tak aku sadari selama ini. Semua ini melebih apa yang pernah aku rasakan. Pertengkaran-pertengkaran yang terjadi malah membuatku semakin tidak bisa melepaskannya. Aku merindukan masa-masa itu. Ya, gadis itu memberi warna baru dalam hidupku dan ini luar biasa. Dari pertengkaran-pertengkaran itu malah aku dapat menentukan seperti apa aku harus membentuk diriku, apa saja yang perlu aku rubah. Wajahnya yang pertama menghiasi pikiranku saat kuterbangun di pagi hari dan menjadi wajah terakhir dalam benakku saat aku akan tidur di malam hari. I LOVE HER MORE THAN EVERYTHING, EVERYTIME.

Aku sadar, dia meninggalkanku karena keegoisanku. Sifatku yang terlalu serius ini malah membuat hubungan itu berakhir. Ya, aku sudah berusaha mengertikan dirinya tapi tetap saja itu kurang karena aku lebih mengutamakan diri sendiri. Padahal dia telah mengeluarkan aku dari hari-hari yang membosankan tanpa warna tetapi aku tetap tidak bisa mengertikan dirinya. Memalukan! Aku memaksanya mengertikan aku tetapi diriku sendiri tidak bisa.

Orang bilang, dunia belum berakhir jika kita putus cinta. Itu memang benar tetapi saya tidak ingin kembali ke hari-hari tanpa warna lagi. Itu terlalu membosankan buatku. Bagaimana mungkin, setelah aku menikmati warna warni itu aku harus kembali ke dunia satu warna yang membosankan itu? Ini rasanya seperti separuh jiwaku ikut terbawa bersama kepergiannya dan rasanya sungguh tidak nyaman. Aku ingin memperoleh sebagian jiwaku itu kembali.

Ya benar, kita baru merasa memiliki setelah kehilangan, inilah yang aku rasakan sekarang. Aku yang membuat dia meninggalkanku, aku kehilangan tetapi masih merasa memiliki. Saat bersamanya, apakah ada perasaan memiliki itu? Pasti ada, tetapi tidak sebesar saat ini. Sepertinya, aku orang yang tidak tahu berterima kasih ya? Baru menyadari seberapa pentingnya dia saat dia tidak lagi menjadi miliki. Kemana saja aku selama ini hingga tidak menyadari bahwa aku telah memiliki seseorang yang begitu berharga?

Sampai saat ini aku masih berharap dia kembali menjadi milikku. Apa ini terlihat seperti orang egois? Tapi ini pertama kalinya aku berkeras hati untuk seseorang. Biasanya, dengan ikhlas aku akan melepaskan seseorang walaupun sakit buat aku. Tapi untuk dia? Tidak! Aku tidak bisa membiarkan dia pergi, karena separuh jiwaku sudah ada bersamanya. Menurut kalian, apakah ini egois? Haruskah aku merelakan dirinya? Sekarang dia kehilangan kepercayaan terhadap aku. Masihkah pantas aku mengharapkannya? Aku pernah berkata, “Jangan mencintai orang sepenuh hati karena suatu saat dia akan pergi meninggalkanmu dan kamu akan merasakan sakitnya” tapi aku sendiri tidak menuruti apa yang aku katakana walaupun pada awalnya aku tidak berniat mencintainya sepenuh hatiku karenaaku tahu dia akan meninggalkanku. Tapi setelah bersamanya aku tahu, dia memang pantas untuk dicintai sepenuh hati. Ya, aku mencintainya sepenuh hatiku dan walaupun karena itu aku terluka karenanya, aku tidak akan menyesal.

Melalui tulisan ini aku ingin menyampaikan permintaan maaf karena tidak dapat menjadi yang terbaik baginya, dan aku hanya bisa menyakiti hatinya. Ya, aku tahu kata ‘maaf’pun bisa diucapkan oleh anak kecil tapi aku tidak punya kata lain selain ‘maaf’. Selain itu terima kasih untuk apa yang telah dia berikan dalam hidupku. Itu merupakan hal yang sangat indah. Dan ku ingin dia tahu bahwa aku menyayangi… bukan hanya sekedar menyayangi tetapi mencintainya. dan aku mencintainya bukan hanya karena siapa dia, tetapi siapa saya ketika bersamanya. Ya, sampai saat ini aku masih mengharapkanmu.

If I could give you one thing in life,

I would give you the ability to see yourself through my eyes,

only than would you realize

how special you are to me

and only than you can understand

how much I love you.

Aku menulis ini bukan untuk membuatnya berubah pikiran, tetapi aku hanya ingin mengatakan apa yang selama ini aku rasakan. Your decision is your own decision.

Jumat, 13 Agustus 2010

SEPENGGAL CERITA DARI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

Tiga bulan. Ya, selama tiga bulan saya telah menghilang di dunia maya. Menghilang bukan tanpa sebab, tetapi saya menghilang untuk mengejar masa depan saya (lebay tapi nyata). Ya, selama tiga bulan saya berada di perkebunan kelapa sawit sebagai usaha untuk menyeesaikan studi.

Menyenangkan tapi melelahkan, itu yang saya rasakan.
Ya, actual tidak sama dengan budget dan teori melenceng jauh dengan kondisi lapangan. Saat ini, tulisan saya tidak akan fokus pada satu topic tapi akan tulisan ini mengalir apa adanya tanpa batasan.

Riau,
tahu apa yang menarik bagi saya ketika melalui daerah tersebut? Hijau. Ya, berbeda dengan gemerlapnya kota Jakarta ataupun Bogor yang dipenuhi bangunan tinggi dan kendaraan. Sepanjang jalan anda akan melihat tumbuhan hijau yang pastinya di dominasi oleh kelapa sawit. Riau memang di dominasi oleh perkebunan khususnya perkebunan kelapa sawit. Ya, disitulah masa depanku. Aku sangat menikmati perjalanan tersebut, terbebas dari hiruk pikuknya kota. Perjalanan selama 3 hari dengan menggunakan bus memang terasa melelahkan tetapi luar biasa untuk saya pribadi.Setelah sampai ditujuan kami telah siap untuk menerima tantangan selanjutnya.

Kehidupan disana sangat menyenangkan. Bagaimana tidak, makan disediakan, pakaian dicucikan, kamar yang nyaman, sarana olahraga yang ada, itu sangat menyenangkan.
Walaupun begitu, kami harus menjalani kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan perkebunan. Setelah berhadapan langsung dengan kondisi dilapangan, aku menyadari pengetahuanku tidak berarti apa-apa. Itu masih terlalu sedikit dan aku perlu banyak belajar. Satu lagi, walaupun telah sering diberitahukan tapi tetap saja saya kaget, kami akan menjadi atasan bagi orang-orang yang lebih tua dari kami. 20 tahun vs 40-an tahun. Apalagi melihat tampangku yang lebih muda dari usiaku ditambah lagi fisikku yang kecil. Ini mengkhawatirkan. Tetapi nyatanya tidak terlalu dipermasalahkan, aku diterima dengan baik. Aku tidak terbiasa dengan panggilan pak, tetapi itu harus. Saya belajar untuk memahami karakter orang, dan itu cukup sulit buat saya karena pada dasarnya saya bukan orang yang peduli hal-hal seperti itu.

Selama kegiatan magang saya sudah menpat gambaran seperti apa kegiatan saya dan bagi orang lain, mungkin itu rutinitas yang sangat membosankan.
Ya kegiatannya setiap harinya sama. Tapi untuk saya itu sangat menyenangkan, bisa berada ditengah kesunyian alam. Tapi tetap saja terasa kehilangan, tidak bisa masuk dunia maya dengan bebas.

Secara pribadi, kegiatan magang ini banyak menyadarkan saya.
Beberapa masalah yang saya hadapi saat berada di riau menjadi pelajaran bagi saya dan saya menjadi lebih mengenal diri saya sendiri. Keseriusan saya dalam mengikuti kegiatan tersebut menyebabkan saya kehilangan orang yang sangat saya cintai. Ya, dia terlepas karena aku terlalu sibuk dengan duniaku sehingga aku tidak meyadari genggamanku tidak lagi seerat dahulu. Inilah kesalahanku dan aku berjanji akan merubah hal tersebut.

Setelah kehilangan dirinya, aku kembali menjalani kesendirianku.
Tetapi itu singkat saja, dua orang gadis berusaha memasuki hatiku tetapi tidak untuk Saya. Akhirnya saya bermain-main dengan perasaan. Saya heran, apa yang dilihat dalam sosok diriku ini? Saya berusaha mencari pelarian untuk kesepianku itu tp ternyata tidak berhasil. Ini kesalahanku selanjutnya, mempermainkan perasaan orang lain. Saya tahu ini kejam, dan saya tidak akan berusaha membenarkan diri untuk kesalahan itu.

Satu sifat yang harus saya rubah adalah sifat dan sikap saya.
Selama berada disana saya melihat diri saya masih jauh dari kedewasaan. Dan kemampuan saya bersosialisasi masih sangat rendah, sikap kepemimpian saya pun masih sangat kurang. Ya, banyak hal yang masih kurang dalam diri saya dan saya harus menemukan kepingan-kepingannya.

Ya, perubahan bukan sekedar kata-kata tetapi tindakan yang akan saya lakukan untuk mewujudkan perubahan itu.
Saatnya menuju Andikha yang lebih baik lagi. Dan sebelum menyelesaikan tulisan ini, saya mengucapkan terima kasih untuk TUHAN yang telah mengajari saya dan terima kasih untuk ‘langit’ku. You is the precious I had meet.